CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Just share my life..

bolang keliling dunia..

Quote today..

"No matter how small a star appears in the sky from away, never underestimate how brightly it can shine.."

Saturday, January 12, 2013

Love in Pari (Day 3): 010113



Love in Pari (Day 3): 010113

  
si Trio  berbolang :D
#LoveInPari
di Pantai Pasir Perawan #LoveInPari

Lagi, kami bangun paling pagi dari yang lain. Bedanya, hari ini tampak lebih cerah dari hari kemarin, mungkin karena awan hitam sudah tuntas menyelesaikan tugasnya dan tidak meninggalkan sedikitpun mendung tersisa. Ga mau mengulang derita kemarin, kami langsung berburu nasi uduk. Dan akhirnya dapaaaaaat!! (baca: akhirnya bisa makan nasi uduk seharga Rp. 8000). Serunya kami, makannya di pinggir pantai perawan, yummy. Perut yang kenyang membuat kami tambah bersemangat. Dan kami pun mengabadikan kecerahan pagi itu dengan si "nican". Walaupun hari ini rencana pulang pagi, tapi sepertinya kami begitu berat meninggalkan keindahan pari begitu saja. Kami pun menggunakan sisa waktu dengan sebaik-baiknya (baca: eksis banget). Masiiiiiih..bermain dengan pasir.. :D

Homestay Pak S #emak malu2, jadi misah fotonya
Pulangnya tak dinyana, makhluk alus itu ingin juga ternyata merencanakan pulang di pagi hari. Baiklah.. (baca: walaupun masih ada keinginan dalam hati untuk bisa snorkeling,ckck). Okai, setelah survey ke dermaga, ternyata tidak perlu beli tiket, tapi langsung bayar di kapal. Kami langsung bergegas mempersiapkan kepulangan kami. Ga lupa sebelumnya menyempatkan foto dengan emak (baca: pemilik homestay) dan penyerahan sisa logistic, beras yang tidak termasak,,haha. Sambil menyisihkan uang patungan kami untuk homestay selama 3 hari 2 malam (baca: untuk biaya ini tidak dipublikasikan, seikhlasnya -pake hati tapi- ,khawatir keikhlasan kami melayang,,hahaa)


formasi 14 (-1) dalam siluet
Menuju dermaga, kita sempatkan untuk foto lengkap, walaupun tetep aja ada atu orang yang berkorban untuk moto. Tapi untungnya bukan saia,,haha.. #siluet!! #alus (ups..keceplosan! :D)


riweeeeeeeeh, ,
tp ni belom semua yang check out  x_x
Menunggu (Pukul 10.00 WIB), ya menunggu kerjaan kami semenjak keberangkatan (4 jam lamanya)  dan kepulangan (6 jam lamanya). Walaupun ada kapal di depan mata, tetapi itu kapal yang sudah di booking oleh beberapa travel. Kita tidak termasuk di dalamnya.. (masa pake adegan gesrok2an kaki di dermaga?) 


Penemuan terdahsyat!!
 #Pelangi di awan Pari :)
Bukit Matahari sebagai saksi.. :p
Masih dengan harap-harap cemas, antara nyarter lagi atau menunggu kapal yang entah kapan sampainya. Sekali menunggu, Satu, dua, 3 kapal terlewati. Nasib sebagai backpacker diuji di sini. Merasa dikucilkan diantara para penyewa travel,,huuuh.. tsaaabaaar!! Sambil nunggu, mulai dari gelar2 di belakang dermaga, pindah ke warung jajan es kelapa muda (satu untuk bertiga cukup Rp. 10.000). Bosan di warung, ga sanggup menahan diri untuk mengabadikan keindahan pantai dermaga. Akhirnyalah saya beraksi bersama si nican. Yeeeaaay!!

Nunggu diangkut!
Dan kami ada bersama mereka.. T.T
   

 Dari warung yang satu ke warung yang lain dan akhirnya melewati siang hari dengan lagi-lagi makan mie ijo  (baca: gada makanan lain! kali ke 3 makan mie! Aargh >.<),kali ini tanpa telor , jadi cuma Rp. 4000, malah minumnya yang lebih mahal, pop ice rasa sirsak Rp.5000, tapi sueeegeeerrr. Slruuup.

Ga ada abisnya ni orang-orang.. x_x
 Habis sholat di Masjid Al-Ikhlas, saya menyusuri di rumah-rumah warga dan menemukan ada beberapa warga yang sibuk memindahkan beberapa bibit bakau yang siap di tanam. Iseng bertanya saya penasaran, ternyata bibit bakau tersebut mereka jual seharga Rp. 1000/batang (lumayan tinggi sekitar 50 cm). Mungkin untuk kegiatan2 tertentu penanaman bakau di sana, sehingga mereka siap menjualnya. Ditawarin juga untuk membeli, tapi bingung gembolan udah buanyaaaak… trus mau ditanam dimana juga ya kan??
  
Berharap ada kapal rawa saban (kita tadinya mau nekat pulang ke rawa saban,daripada terdampar sampe besok gitu kan..). Eeeh, ketikanya pun ada, sudah sampai, dan sudah berpamitan (baca:dadah2 gitu). Ga tau nyah tu kapal berangkat besok pagi,beeeuuh..paaaiiiiittt!! *nelen ludah . Dan kami pun bergabung lagi dengan rombongan,ckck *tutup muka pake tangan. Akhirnya, memang sudah jadi keberuntungan kami, dipertemukan dengan pak RT . 

Lima Merana dalam kapal,,
 lantai 2 looh,, #norak!
Rombongan Pak RT dan travel lainnya..
Bermodal "tampang melas" dan "pandai bicara" (LAGI, LAGI..*modal ga nambah2 nih?ckck) kami mulai bernegosiasi dengan Pak RT untuk mengikutsertakan kami dalam cerita travelnya beliau (baca: kalo ga gitu, kita bakal terlantar lagi). Wooow!! (*pake koprol, salto, loncat, dan guling2,, Eh, sujud syukur di awal) Akhirnya, kami pun terhitung masuk dalam travelnya pak RT . Kami kumpulkan uang  sebesar Rp. 30.000 dan dapet previllage untuk masuk kapal lebih dulu. Alhamdulillah, makasih ya Pak RT. :D. Langsung kami bikin batas teritorial di dalam kapal supaya bisa sedikit ada ruang, lumayan buat ngelurusin beberapa kaki,,hihi. 

Berangkaaaaat!!! Eh, salah.. Pulaaaang!!! (Pukul 14.45 WIB)
Don't try this at home! #just  on ship :D
Rencana mau tidur tapi koq ya ga bisa2 toh.. Mungkin karena pemandangan yang indah di luar sana selalu memanggil-manggil diri ini untuk melihat lebih dekat. Dan saya pun tak tahan berdiam diri dalam kapal, lalu mulai tergerak untuk mengeluarkan badan, tangan, dan bahkan kedua tangan!! 
Bendera Merah Putih
yang tak luput membersamai kepulangan kami
(backsound dari Wiz Khalifa)
"So what we go out..That's how it's supposed to be..Living young and wild and free"

Halooo!! *bersapa dengan burung camar 


Aaaaaaakkkk!!! Kawand, dapat salam dari penghuni laut!! :D

"Lepas hati memandang lautMu, terheran diri pada langitMu.. Berjuta kata tak cukup melukis indahMu"
(Tafakur - Opick)
   
Haphaphaphap!! *keep holding on
Pukul 16.30 kami sampai di pelabuhan muara angke, dengan disambut oleh gerimis dan juga 4 kapal yang merapat. Alhasil kami harus menyambangi 4 kapal tersebut dengan jerih payah lebih (baca: lompat antar kapal dengan resiko yang luar biasa). Adegan perlompatan tersebut memakan waktu cukup lama , sampai akhirnya (pukul 17.15 WIB) kita sampai di pom bensin dan langsung nyarter angkot merah menuju grogol (@ Rp.4000). Pukul 17.35 WIB sampailah kami di terminal grogol dan masih ditemani hujan gerimis. Setelah salam perpisahan, kami menempuh perjalanan menuju tujuan masing2. Saya, menuju ke tangerang dengan hanya naik bis 104 (Rp. 2500) sampai rest area karang tengah Tol Jakarta Merak. Ternyata banjir di gorong-gorong membuat saya tetap melewatinya tanpa pikir panjang. Langsung ambil motor si muti yang sudah menginap 3 hari di penitipan motor langganan saya (Rp. 10.000). Sampailah saya di rumah sesaat setelah magrib. Alhamdulillah..

Salah satu warung yang selalu sedia mie,
tapi pagi kadang ada nasi uduk atau
 nasi goreng *kalo beruntung :p
Tips di Pari: mungkin bisa memesan makanan (baca: nasi),  lewat catering (Rp. 20.000/porsi) yang bisa mengantar ke homestay saat jam makan tanpa harus berkeliling mencari warung nasi,,hoho.. Karena jarang ada warung yang menjual NASI, kebanyakan mie instan. Beda dengan pulau tidung yang banyak berdiri kafe2 atau warung2 makan. Ceritanya kan gara-gara tempo hari ditidung pake catering tapi kebanyakan makannya nasi goreng+telor ceplok dihargai Rp. 15.000 sekali makan, padahal di warung2 banyak menawarkan menu ayam bakar dengan harga yang sama..bhahaha.. ternyata beda dengan pari..*salah strategi!!

Pohon dan buah sukun ada dimana-mana
Oiya, ada lagi, disini nih saya baru kepikiran beli oleh-oleh, mengingat udah ada yang nagih, udah gitu, anggota baru ini udah nanya2 tentang oleh2 bahkan sebelum keberangkatan, mungkin karena sudah ditagih duluan sama temen2 kerja,,bhahaaha. Soalnya tempo hari di tidung ga beli apa2 juga..ahaha. Tapi jangan khawatir, di pari ini banyak pilihan oleh2, dari keripik sukun (rasa asin, manis, pedas,,rekomendasi rasa asin, Rp.7000/bungkus), tongkue (permen/dodol rumput laut asli buatan orang pari,,hihi, tanpa pengawet dan kandungan rumput lautnya lebih padat,, Rp. 10000/bungkus),, adalagi ikan asin (lupa dari ikan apa dan harganya berapa), dan ada beberapa baju2 pantai atau baju bertuliskan pulau pari (Rp. 50.000-60.000), serta beraneka souvenir seperti album foto yang saya beli (karena ada bintangnya,,hehe.. Rp. 35.000), atau jam berbentuk bintang yang dibeli sobat saya dengan harga yang sama (berhubung udah punya juga kan ya di rumah, masa beli lagi??)

kalo di-itung2, pengeluaran saya selama 3 hari di sana:
Transport PP          = 15.000
Kapal PP                 = 80.000
Homestay 3hr 2mlm= *0.000  (ups..)
Sewa alat snorkle   = 30.000
Makan+jajan          = 69.000
Oleh2                    = 70.000
Penitipan motor      = 10.000

Total sekitar Rp. 324.000
Bener juga kata temen, yang bikin bengkak pengeluaran itu adalah membeli oleh2!! >.<

Alhamdulillah tertunaikan juga kisah dari P, Pari, walaupun masih ada pe-er dari Pulau atau tempat ngebolang lain yang belum ditulis. 
Sekelumit kisah kami di Pulau Pari, semoga kawand semua pun bisa berkunjung ke sana dan merasakan langsung keindahan Sang Pencipta Alloh Azza Wa Jalla.. 
Selamat bertafakur!! ^__^
#ngebolang #bolang #skirttraveller #bermainairdenganpasir #anakpantai #nature #beach #island #LoveInPari


Fin..^^


Pinang, Kota Tangerang
11 Januari 2013
“Di balik kegelapan, masih ada titik terang”

Friday, January 11, 2013

Love in Pari (Day 2): 311212


Love in Pari (Day 2): 311212

Loncat kegirangan di ujung pari #Karakter bisa terlihat dari gaya loncat :D
Kami trio ini ga mau ketinggalan sunrise.. jadi pagi-pagi (pukul 05.30) sudah berkeliling pulau, ke dermaga, bukit matahari, dan pantai perawan. Dan kita di sini ga nyewa sepeda ya, engga! (baca: bukan gaya orang kota, gaya anak bolang) Jalan kaki! Dari dermaga kami berharap bisa mendapatkan sunrise. Sayangnya, matahari terlalu malu menampakkan bulatan hangatnya, jadi hanya tampak bayang2 dibalik awan. 

Belum puas dengan dermaga, kami langsung menelusuri bukit matahari, mungkin maksudnya bukit matahari, karena posisinya lebih timur daripada dermaga, jadi bisa lebih awal menerima pancaran matahari, walaupun sebenernya ga berbukit juga. Keasyikan berkeliling, kami lupa untuk mencari sarapan, alhasil para penjual nasi sudah menggulung jualannya, yang ada warung mie dan mie (baca: ingat pari ingat indomi cabe ijo,,haha). 
 
Gapura Pantai Pasir Perawan #harusnya bayar masuk Rp.3500,
tp kami ngaku tamunya Pak S , emang bener sih :p (kami gratis!!)
cuma muat 4 orang untuk 1 sampan

#di balik kamera si "nican"
Tanpa memikirkan perut, kami tetap melanjutkan perjalanan menujun pantai pasir perawan. Bermain-main air, pasir, dan ayunan, juga sampan. Naik sampan (Rp. 30.000 untuk satu sampan dengan maksimal 3 orang penumpang, dan 1 orang guide) berkeliling bakau membuat kami benar-benar menikmati pantai pasir perawan ini.

   
aneka logistik! lengkap!
hasil karya saya nih, sambal terasi topmarkotop :p
Kompor ajaib #baru liat nih,hehe
kekeluargaan sekali bukan??haha
Dan pulangnya (pukul 10.00) langsung ditodong untuk bantu masak, ya masak ala anak gunung. Mengingat mereka sudah membawa logistic dengan perlengkapan lengkap, akhirnya kami masak di depan rumah dengan kompor berbahan bakar spiritus dengan aroma bau ikan asin yang mengisi udara di sekitar rumah sehingga membuat orang2 yang berjalan untuk menengok ke arah kami..kocak!! Makan ber-empat belas pasti butuh banyak piring, dan kami tidak punya sebanyak itu, tanpa basa-basi saya langsung meminta mereka untuk memetik daun pisang. Seru bener keknya kita makan disepanjang daun pisang dengan kaki satu, biar muat gt.. haha.. *serbuuuuuu..! >.< (pukul 12.00)

sepanjang jalan lurus menuju LIPI
     
bintang laut #kamuflase banget ya warnanya 
megaberbintang ^___^
Abis masak rencana mau snorkeling (pukul 13.00), tu makhluk alus malah ngajak ke LIPI, dengan iming2 snorkling habis dari LIPI. Menuju LIPI, itu berasa banget yang namanya jalanan lurus ga nyampe2, berasa banget jalan kaki nyah.. Di pertengahan perjalanan kami dapati pantai lain bernama pantai kresek, ga kalah indahnya, tapi tetep aja pantai pasir perawan nomer wahid..hehe. sampailah kami di pantai belakang bangunan LIPI , disanalah kami menemukan beberapa bintang laut,,yeeaay!! “Akhirnya, ku menemukanmu..” (nyanyi..), walaupun ya bukan seperti bintang laut miangas yang berwarna biru cerah dan gemuk2. Hahaay. 

betuuuul!!! #mengembalikan
bintang laut pada tempatnya
budidaya bakau nih.. :D
Kami pun menyusuri ujung LIPI dan menemukan budidaya bakau di sana. Saya tidak bisa berlama-lama di sini tanpa kejelasan rencana jadinya gimana. Ternyata, mereka ke-asyikan di sana, nge-diri-in tenda, dan main sampan (-_-“). Gimana jadual snorkeling kami trio ini?? (baca: sebagai ketua rombongan merasa bertanggung jawab mengajak anggota baru untuk snorkeling).

pintu belakang LIPI,
kalo tamunya dari pulau seberang iya..

Akhirnya kami bikin acara sendiri (pukul 15.00), ya snorkeling ber-tiga-an di sore hari (baca: yang artinya air pantai sudah surut). Dan ke-pede-an kami tetap meneguhkan langkah2 kami menyisir wilayah pantai pasir perawan. Namanya aja udah pantai pasir, sepanjang menyisir pantai sejauh 1 km pun masih pasir dengan ketinggian air 30-50 cm. Karang mana karang??? (baca: gagal snorkeling). Lain halnya di pagi hari, mungkin ketinggian air ini bisa sampai 1 meter (baca: uenak banget buat renang, bukan snorkeling!! #noted!). oiya harga penyewaan alat snorkeling ini Cuma 30000 rupiah koq..

Capek, ya capek berjalan di atas gundukan2 pasir yang kedalamannya tidak rata, disertai gelapnya awan yang membawa kabar hujan. Akhirnya kami berbalik arah menuju pesisir . Anyway, karena ga ada yang sia2 (Baca: moto saya), kami pun menemukan anggota baru ternyata belum bisa menggunakan alat snorkeling. Akhirnyalah kami membantunya belajar cara memakai, cara bernapas dengan mulut, dan cara untuk membuat air tidak masuk dalam alat.  Masih perlu latihan lagi sepertinya..heheee.. cemcemcemunguudh eeaa!! :p
Hujaaaaan!! Ya Hujan..angin dan awan gelap itu ternyata mengikuti kami hingga pesisir. Dikala orang berlarian, kami memilih bertahan dan menikmatinya. Bermain hujan-hujanan di pantai. Yeeeey!!! Kurang lengkap sebenarnya, karena ga ada lari-larian, loncat-loncatan, da joget-jogetan ala pelem India-nyah Sakh Rukh Khan.. “cak dungdung cak..dungdung cak..” :D

#sayangnya kami tidak bisa mempublikasikan sesi snorkling dan main hujan2an ini.. T.T

Hujan ini pun tidak berhenti begitu saja, semakin deras dan kencang hingga malam hari. Tapi ternyata perut kami tidak bisa kompromi, berbekal payung berencana ke pantai perawan untuk merasakan ikan bakar di salah satu warung yang diduga menjual beraneka ikan bakar. Sebelum menembus ilalang, kami pun mengurungkan niat untuk menyusurinya,,seyeem.. Akhirnya memutuskan berbalik arah dan berhenti di tenda warung bakso (baca: bukan sejenis mie sih, tapi ttp aja sejenis fast food tradisional). 

Baiklah, lumayan kuah bakso (Rp. 12000) bikin perut hangat, ditambah milo hangat seharga Rp. 3000. Berhubung ini malam tahun baru, mungkin orang2 memilih untuk tidur tarik selimut (baca: tepatnya kami bertiga). Menjelang tahun baru, hujan reda, dan orang-orang berhasil merayakannya di pulau itu (baca: ada 2 panggung musik di sana). Mungkin melihat kembang api di pinggir pantai begitu indah rasanya, tapi kami terbujur kaku kecapean tidur dengan lelap,,hahaaa.. sayang ga bisa liat kembang api,,huhu T.T
To be continued..

Pinang, Kota Tangerang
10 Januari 2013
“Alhamdulillah bisa makan nasi”

Love in Pari (Day 1): 301212


Love in Pari (Day 1): 301212

“Begitu banyak cerita, ada suka ada duka,, cerita yang ingin kutulis, bukanlah cerita biasa..” (baca: kaya lagu orang melayu ya?haha, kepeleset dikit)

Tapi emang bener banget itu tadi, ini cerita banyak banget (bisa jadi novel keknya,,hihi), makanya aye bagi jadi 3 bagian. Semoga ga bosen bacanya ya,,hehe. Kenapa jadi banyak begini, karena aye nulisnya detail abiiiis, dari waktu, biaya, sampai kehidupan di dalamnya (baca: bahkan tadinya setiap helaan napas mau ditulis juga tuh, tapi apa kata dunia??bhaha). Soale ada permintaan beberapa temen yang pengen tau detailnya perjalanan ngebolang saya, jadi lumayanlah bisa sekalian dijadiin referensi. Semoga berguna. Selamat datang di dunia perbolangan.. *\(^_^)/*

Love in Pari.. ada cinta di pulau pari,, ya ada cinta, ada hati saya yang tertinggal di sana.. keindahan, kecantikan, keperawanan, dan keluguan pari lah yang membuat perjuangan perjalanan menujunya menjadi tetap indah.. karena saya benar-benar focus pada keperawanan pantainya. Dan keindahan Maha Pencipta yang membuat saya tidak bisa menuliskan keindahannya. Karena memang harus dilihat dengan mata kepala sendiri. :D Bukan focus pada kegagalan rencana keberangkatan di siang hari menjadi sore hari dengan segala kesempurnaan detailnya,,bhaha.. 

Maklum, mindset backpacker kami ala nekat, jadi cuma modal bisa nyampe ke tempat tujuan aja udah keren banget, selanjutnya di sana, terserah anda,,haha.. Ga ada tuh nyewa2 travel, atau nge-tag homestay dari jauh hari, padahal yang namanya liburan pasti homestay bakalan penuh banget. Tapi, berhubung pengalaman sebelumnya ke P.Tidung berhasil pake modal "tampang melas" dan "pandai bicara". Kami coba menanamkannya di perjalanan kali ini.. #bener2 bolang!!

pintu masuk pelabuhan,,becek banget!
Diawali pukul 10.30 perjalanan dari rest area tol Jakarta Merak – Grogol naik bis 104  bayar Rp. 2500. Perjalanan lancar jaya, setengah jam sampe grogol dan bertemu satu teman di sana. Kami lanjut naik B.01 angkot merah dari grogol-muara angke bayar Rp.6000 (baca: sebenernya cuma Rp.5000, tapi karena kita sempet dikelabui sopir disuruh nambah Rp.1000 supaya dianter mpe pom bensin dalem,jd bayar Rp.6000 deh, (baca: setelah pulangnya, ada yang bilang bahkan dia dari grogol Cuma bayar Rp. 3000, apaaah??).

kapal terakhir, itu juga tujuan P.Tidung  :'(
Tiba di TKP pukul 12.00 sempet khawatir kapal udah berangkat, menuju tenda pemesanan tiket, kita diminta langsung datengin kapal menuju pari dan berpesan semoga kapalnya belum beragkat. Dan ternyata bersyukur banget kapalnya belum berangkat, tapi udah persiapan berlayar. Sayangnya kami berdua ga bisa langsung masuk dalam kapal, karena saya tau satu hal,  tidak akan meninggalkan sobat bolang saya itu. Dan parahnya die masih di Palmerah, aaakkk berarti masih sekitar 1 jam lagi dia tiba di pelabuhan.. baaah...

Klo gitu, tanpa pikir panjang, kami langsung mencari mushola dan sholat zuhur. kebetulan di belakang pom bensin, kita bisa menemukan kamar mandi serta mushola kecil (kira2 bisa muat 2 shaf berbanjar 5 orang, tanpa barang bawaan tentunya).
Selesai sholat, kami bergegas lagi ke peraduan, peraduan mencari kapal yang mau berangkat lagi. 





Melihat pemandangan kapal yang berangkat di depan mata tapi tidak bisa berbuat apa-apa itu rasanya sesuatu banget.  Sudah tidak ada lagi penumpang lain yang menanyakan kapal, karena itu tadi kapal terakhir (pukul 13.00) setelah 2 kapal berangkat sejak kami di sana. Banyak sih kapal yang baru dateng dari Pulau ke muara angke, tapi mereka merapat untuk berlayar esok hari.

 Sambil menunggu daripada saya memandangi kapal sambil ngorek2 semen pelabuhan ya kan, mending nyari makan, haahaa. Salah banget nyari makan di sana trus pesen mie goreng pake telor Rp.7000 . Enak sih, tapi ini mie pertama saya dalam perjalanan ini dan berarti akan ada mie ke dua.. >.<




Pukul 13.10 WIB teman saya datang,, akhirnya datang juga!!. Tanpa ekspresi kami, dia pun mungkin sudah tau (tau gak ya?#sok tau!) tidak ada lagi kerumunan orang yang mendekati kapal. Yang ada hanyalah kapal berisi awak kapal saja. Kayak anak kecil, kalo kehilangan ibunya, kami pun didatengin polisi, karena mungkin ngeliat tampang melas kami. dan akhirnya pun bermodal "tampang melas" dan "pandai bicara" bisa membuat kami masuk dan bisa duduk, pas 3 kursi nganggur. Alhamdulillah.. bisa menunggu di tempat yang aman,,haha.. Dari dalam pos polisi  hingga dalam lambung kapal kami menunggu dengan harap-harap cemas, apalagi ketika menerima jawaban dari kapten kapal bahwa tidak ada yang berangkat di sore itu. Menelan kenyataan untuk pantang pulang, dengan konsekuensi menginap dalam kapal yang merapat di muara angke, mengerikan membayangkannya mengingat bahwa kita hanya se-trio wanita jilbab-er dan rok-er. 


penampakan muara angke #menunggu
Naas sekali cerita saya di atas ketika tidak ada harapan di hati-hati kami ini. Dan betapa beruntungnya kami bisa tetap menikmati itu semua tanpa perlu mamatut-matut kronologis kejadian yang menimpa kami. Walaupun ada saja sindiran-sindiran lucu yang semoga saja tidak dimasukkan dalam hati. Walaupun sebenernya gondok  (baca:pengen banget gesrok-in kaki ke lantai pas ditinggal kapal) akan keadaan yang terjadi.. tapi begitu piawainya kami menyimpannya, sehingga menahan dalam hati dan menikmati setiap detik yang terlalui.. 

Ya, begitulah kami dalam ber-Islam, yang mengajari kami untuk menahan amarah dengan diam (baca: dan juga melupakannya)..hoho. Dan berharap kejadian tersebut bisa membawa hikmah yang lebih indah di akhir cerita.. *angkat kedua tangan dan mengusapkannya ke wajah

#Seandainya sobat bolang saya itu tidak terlambat, mungkin kami bisa tinggal di homestay yang kami cari-cari sendiri berkeliling sore hari di pulau pari. Kisah 3 wanita yang mungkin akan berakhir begitu saja, terlalu feminis mungkin nanti ending-nya.. bhahaha.


Tapi lain halnya ketika kita akhirnya disatukan (pukul 16.00 WIB) dengan 9 orang anak gunung (baca: anak mapala tepatnya)dan 2 orang anak bandung dalam perahu nelayan kecil yang berlayar di sore hari. Yang berarti kita itu nyarter kapal tersebut menuju pulau pari. Dengan ongkos yang lebih mahal tentunya, sebesar 50000 rupiah untuk masing2 orang. Dan dengan kapal kecil itu pun waktu perjalanan semakin lama sekitar  2,5 jam yang biasanya bisa ditempuh  hanya dalam waktu kurang lebih 1,5 jam oleh kapal feri (baca: sebenernya sih kapal motor juga, tapi agak gede). Dan ongkosnya pun lebih murah yaitu 30000 rupiah.

perahu kecil inilah yang membawa kami sampai tujuan
Anyway, diperjalanan pelayaran kami menghadapi tantangan dahsyat menerjang ombak,, hhmmm..dilain cerita sobat saya sudah menuliskan kisah ini di note-nya, jadi saya tidak perlu membahasnya disini. Hehee.. Perlu diingat untuk sebaiknya menghindari pelayaran di sore hari karena ombak sedang tinggi-tingginya, dan angin sedang kencang2nya, apalagi itu sedang purnama. Lengkap sudah bagaimana isi kapal (baca: awak dan juga gembolan2 kami) plus  perut kami beserta isinya ikut terombang-ambing dengan dahsyatnya. Dan saya percaya jilkalau setengah jam lebih lama berlayar mungkin saya akan melambaikan tangan ke kamera dan berkata “ga ga ga kuat!!”..bhahaha.. Akhirnya pukul 18.30 WIB kami tiba dengan selamat di pulau Pari. Alhamdulillah..


 Lagi-lagi memang rencana Alloh kita dipertemukan dengan anak gunung yang penuh persiapan untuk mendirikan tenda, dan saya pun saat itu benar2 bersyukur dalam hati . Kenapa? karena saya pernah merencanakan untuk nenda di pinggir pantai, dan akhirnya dipertemukan dengan anak2 gunung yang siap bertenda, dan saya berharap bisa banyak belajar dengan makhluk2 “alus” ini (baca: penjelasan “alus” ini tidak ada, hanya halusinasi kami semata sepertinya :D). 

sempet foto saat tiba
(sambil #menunggu teman yang belum terduga hilang, dan hanya izin ke toilet)
Tanpa bertanya dengan anggota trio kami, saya langsung mengiyakan, tanpa bertanya dan meminta pendapat mereka. Dan tanpa memikirkan kalau salah satu teman saya (baca: yang sempat diduga hilang saat magrib) sepertinya berbeda pemikiran akan penawaran ini, dan saya mematahkan alasan2nya untuk mencari homestay (baca: maklum pada saat "sin" ini, saya lagi kalap berkobar, gara2 saya menemukannya sedang berdiam diri dalam masjid, ga lucu kan saya sabagai pemegang tanggung jawab terbesar mengatakan teman saya hilang di Pulau,,ckck, apalagi dia anggota baru -_-") . Salah satu trio kami adalah anak baru saja gabung (baaa; pengen banget gabung sebenernya,haha) ngebolang bareng kami, jadi berharap liburannya akan berakhir indah, malah saya mau ajak susah,,hahaa. Sebagai ketua rombongan saya pun tetap membesar-besarkan alasan bahwa kita memang harus bertenda bareng makhluk2 alus itu..wkwkw (maap yeh)..
Purnama yang baru saja terbit di Pantai Perawan
Mereka yang berhasil mendirikan tenda di pinggir pantai #mupeeeeeeng 
Karena ada satu dan lain hal, dari angin dan alasan lain, akhirnya kami pun mencari homestay. Dengan bermodal "tampang melas" dan "pandai bicara" (baca: lagi!).  Padahal sudah begitu banyak homestay yang penuh terisi tamu (baca: secara itu akhir tahun). Tapi, akhirnya kami mendapatkan homestay yang sangat nyaman tentunya, minimal lumayan luas untuk kami meluruskan badan empat belas orang dan ada kamar mandi dalam rumah.. That's good enough!! Alhamdulillah ya, ga perlu nginep di lambung kapal muara angke!!

To be continued..

Pinang, Kota Tangerang
09 Januari 2013
“Harapan itu masih ada”

Wednesday, January 9, 2013

To Pursue the happiness in the end..




Penghujung tahun ini, berasa banyak film bagus yang menginspirasi.. terutama 3 film yang saya rekomendasikan untuk di tonton dan saya pun menontonnya,,haha..baru ini nonton 3 film dalam sebulan,,rekoooorrr… Mulai dari 5 cm, life of pi, dan habibie-ainun.. dan langsung 2 hari berturut-turut itu disuguhkan menyaksikan tentang pemandangan alam pegunungan di Indonesia dan indahnya perairan samudra pasifik! Maha dahsyat! 

Dalam 5 cm, kita bisa melihat fenomena pegunungan Indonesia yang begitu menawan dan misterius di puncak tertinggi Jawa, Puncak Gunung Mahameru. Terpukau dengan keindahan surganya Mahameru, ranu kumbolo . Menyaksikan para pendaki melawan dinginnya malam yang menusuk raga untuk mendaki kemiringan curam puncak Mahameru.. Turut merasakan lelah yang tergantikan dengan sesampainya di puncak Mahameru dan melihat penampakan awan yang terhampar layaknya samudra membiru.. 
 surganya Mahameru, ranu kumbolo

penampakan awan yang terhampar

Terbuai dengan pengambilan gambar yang benar-benar memanjakan mata saya sebagai penonton untuk seakan menikmati langsung keindahan Indonesiaa. Mengajak saya untuk turut mendaki gunung dan menyaksikan langsung fenomena-fenomena alam ciptaanNya. 

triliyunan bintang bercahaya
yang bertaburan di langit dan terpantul di air
Sehari kemudian saya pun disuguhkan dengan pemandangan laut yang tidak kalah indahnya. Saya pun benar-benar terpana akan visualisai gambar yang menampilkan fenomena alam di samudra pasifik. Benarkah adanya ribuan bahkan jutaan ikan terbang yang meloncat-loncat tinggi bermunculan dari laut? Gemerlapnya malam yang diterangi oleh plankton dan ubur-ubur yang bercahaya disertai cerminan cahaya bintang di langit yang tampak di permukaan laut.. Tidak ada yang lebih indah selain melihat malam dipenuhi triliyunan bintang bercahaya yang bertaburan di langit dan terpantul di air.. Dan laut yang begitu tenang pun menjelma bagai cermin bagi langit.. Adanya pulau karnivora yang terapung dengan jutaan meerkat yang begitu lugu.. membuat saya pun berharap bisa menikmatinya langsung.. 

Tak kalah pemandangan, kisah inspiratif dibalik ujian itupun menarik untuk dibahas. Sesuatu hal yang mustahil pun ketika kita mau dan berupaya untuk mampu pasti akan terlewati. Tak terbayangkan bisa hidup dengan seekor macan benggala di tengah samudra, hanya ada Pi dan seekor macan.. Apa jadinya hidup dengan binatang buas yang tidak punya akal pikiran, yang bahkan memandang kita dengan pandangan tajam sebagai santapan.. 

Tak berhenti mencari akal Pi pun berusaha bertahan hidup. Ketika dia berpikir untuk egois, maka Pi akan membunuh macan dan hidup tenang. Tetapi hidup tenang pun bukan pilihan yang tepat, karena ketika Pi merasa berarti dan mempunyai tujuan hidup untuk memberi makan seekor singa, disanalah ia menemukan kehidupan. Kehidupan yang sesungguhnya, menjadi berarti untuk makhluk. 

Bukan hanya seonggok daging yang bernama manusia untuk siap disantap macan. Di kala terdampar di pantai, Pi menemukan macan yang sudah menjadi bagian hidupnya selama di laut pun, tak membalas sedikitpun kebaikan. Ya karena tidak punya akal dan qolbu. Begitu Ia dirawat, datanglah wartawan yang ingin mendapatkan cerita menarik dari Pi, tetapi ketidakpercayaannya akan suatu hal yang mustahil terjadi membuat mereka memaksa Pi menceritakan kejadian yang lebih rasional. 

Bagaimana bisa? Ya bisa. Akhirnya Pi pun mengarang indah cerita atas kejadian yang menimpanya dan wartawan pun merasa puas. Ya, karena kebenaran yang sebenarnya ada dan tidak rasional membuat sulit untuk percaya, dan itu terserah anda. Seperti agama, setiap orang memiliki kepercayaan masing-masing yang bahkan tak bisa diukur dengan rasionalitas. 

Dan terselubung kisah dalam Habibi-Ainun yang menyibak sebuah nasionalisme dalam diri seorang pemuda yang penuh cinta. Cinta terhadap cinta, kasih, sayang, pengorbanan, keluarga, bangsa, dan negara. Ya, untuk membuat diri lebih berarti, untuk bangkit, untuk membuat kobaran semangat dalam sanubari. Bertekad teguh untuk membangun negeri yang berawal dari keraguan. Inilah arti dari “there is a will, there is a way”. Dimana sebuah idealisme dipertaruhkan, dan prinsip dipertahankan menghadapi peliknya dunia perpolitikan. Dimana sebuah keluarga memberi dukungan penuh terhadap kokohnya sang pemimpin, pemimpin rumah tangga juga negara. Kerasnya kehidupan di negara asing, Jerman. Dari memulai keluarga hingga menghidupinya untuk bertahan memenuhi tuntutan hidup. Membuat hidup lebih berarti dengan lebih berusaha, lebih keras, dan lebih berharap. Dan berharap akan suatu hari bisa menginjakkan kaki di sana. Aamiin..aamiin.. 




JJB #inimilik2006

Menempuh 28 HM menanjak untuk bertemu kemegahan ciptaanNya. Melawan keterbatasan, kelelahan, keegoisan, dan keraguan diri. Ketiga tontonan yang menarik di akhir tahun, untuk bertekad mengalaminya langsung. Dari keraguan di padatnya jadual akhir tahun. Ada kesempatan merasakan pendakian gunung dan terjunnya air di Air Terjun Cibeureum, Gn. Gede Pangrango..



Akhirnya.. 





Dan saya pun turut membiarkan keyakinan saya menggantung 5 cm di depan kening saya.. dan setelah itu, yang saya perlukan hanya kaki yang melangkah lebih jauh dari biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu senantiasa berdoa. 

Dan dengan lantang saya pun akan meneriakkan “Kawan-kawan, dapat salam dari Indonesia!!


 Menjelang akhir tahun, saya pun akan menutupnya dengan bersilaturahim dengan pantai, menyebrangi laut untuk tiba di pulau seberang, pulau pari. Berharap akan menemukan laut yang memantulkan keindahan langit yang bertabur bintang. Semoga akan menjadi bermakna ketika kita meniatkannya untuk mengenal lebih dekat denganNya melalui penciptaanNya. Semoga perjalanan hari ini berkah.. #angkat ransel 

Untuk visualisai film ke-3 saya akan menyimpannya di tahun mendatang.. Semoga sampai.. Aamiin..Aamiin.. 

Pinang, kota Tangerang 
29 Desember 2012 
“there is a will, there is a way"